Sabtu, 17 November 2012

Radang paru-paru pada bayi

 pneumonia dengan kata lain penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang karena oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit, terus lantas penyebab kematian terbesar balita di indonesia.

kurang lebih 156 juta problem pneumonia baru pertahun berjalan di seluruh dunia dan lantas penyebab kematian 1, 5 juta anak usia di bawah lima th. ( balita ) masing-masing th.. sayangnya, penyebab kematian utama pada balita ini terhitung di dalam grup pembunuh yang terlupakan karena kurangnya edukasi dan tingkat kesadaran yang rendah masyarakat.

di indonesia sendiri, menurut hasil penelitian departemen pengetahuan kesehatan anak fkui jakarta dengan dinas kesehatan kabupaten lombok tengah, ntb, yang diketuai oleh prof. dr. dr. sri rezeki hadinegoro, spa( k ) sebagai peneliti utama di lima puskesmas di kabupaten lombok tengah, yaitu puskesmas praya, pringgerata, ubung, puyung dan mantang memperoleh, kurang lebih 33 persen dari 1200 anak sehat yang di cermat ditemukan kuman s. pneumonia di nasofaringnya.

angka prevalensi ini alami penurunan jika di banding dengan penelitian soewignyo pada th. 1997, dimana prevalensinya saat itu yakni 48 persen.

tentang ini perlihatkan kolonisasi pada anak sehat sedikit berpindah. karena itu, walau prevalensinya alami penurunan terus harus diwaspadai, papar prof dr dr sri rezeki hadinegoro, spa( k ) ketua peneliti departemen pengetahuan kesehatan anak fakultas kedokteran ui di jakarta, sabtu ( 29/9/2012 ).

sri menjelaskan, setelah ditangani kontrol dengan pcr didapatkan pneumokokus dengan 25 serotipe, dengan persentase 3 serotipe terbanyak yakni 6a/b, 19f, dan 23f. tentang ini berbeda dengan penelitian pada th. 1997, dimana dari 221 isolat yang positif biakan pneumokokusnya, ditemukan pneumokokus dengan 17 serogrup/serotipe, dan yang terbanyak dengan berturut-turut yakni serogrup 6, 23, dan 15, tambahnya.

menurut hasil uji kepekaan pneumokokus pada antibiotik, sebagian besar terus sensitif pada antibiotik yang biasa digunakan di puskesmas ( diatas 94 persen ), dengan tingkat resistensi dibawah 2 persen yakni. antibiotik cefadroxil, cefuroxime, amoxicilin, ampicilin, clindamicin, dan penicilin. uji kepekaan yang amat rendah yakni pada antibiotik kotrimoksazol, yang sensitivitasnya hanya 36 persen dan resistensinya 48, 6 persen.

tingkat resistensi pada obat kotrimoksazol meningkat dari 12 persen lantas 48, 6 persen yang menunjukkantingkat resistensi obat ini pada pneumokokus, dan tidak mustahil juga pada kuman-kuman yang lain, semakin meningkat. karena itu penggunaan antibiotik ini sebagai pengobatan lini pertama, perlu dievaluasi lagi, kata sri.

dari penelitian yang ditangani sri rezeki didapatkan fakta 72 persen dari 1200 anak yang ditangani pengambilan apusan di nasofaringnya, nyatanya yaitu terpapar asal rokok yang dari perokok sisi keluarganya yang lain. paparan asap rokok ini dapat menambah dampak untuk berjalannya infeksi oleh kuman pneumokokus.

walau lantas pembunuh balita nomor satu, pneumonia terus belum banyak diperhatikan. masyarakat di pedesaan maupun perkotaan banyak yang belum tahu ancaman serius dikarenakan penyakit ini.

masyarakat lebih mencermati penyakit balita layaknya diare, campak, polio terlebih hiv/ aids. walau sesungguhnya sejak awal 1980-an sampai sekarang ini, di puskesmas- puskesmas pneumonia selalu lantas penyakit yang amat banyak terkena balita. karena itu diperlukan edukasi dan penatalaksanaan untuk mneingkatkan kewaspadaan masyarakat.

disisi lain perlu kesadaran pentingnya vaksinasi atau imunisasi sebagai usaha preventif mengantisipasi pneumonia, tuturnya.

layaknya diketahui, streptococcus pneumoniae atau yang juga disebut dengan pneumokokus yakni bakteri yang dapat menyebabkan penyakit yang gampang maupun berat pada manusia. penyakit berat yang ditimbulkannya disebut dengan penyakit pneumokokal invasif atau invasif pneumococcal disease ( ipd ), yaitu radang paru akut, bakteremia dan radang selaput otak. infeksi pneumokokus dapat menyebabkan penyakit yang sering berjalan pada anak terlebih yang berusia kurang dari lima th..

di dalam kondisi normal, bakteri ini dapat ditemukan di area belakang hidung ( nasofaring ) sebagai kuman atau bakteri komensal, yaitu bakteri yang biasa ada di satu area di tubuh manusia tanpa mengakibatkan penyakit, dan disebut dengan karier nasofaring.

di dalam kondisi spesifik, yang turunkan daya tahan tubuh anak, layaknya infeksi virus yang berulang, kebiasaan terpapar asap rokok, dan seterusnya, kuman ini bisa memasuki aliran darah dan menyebabkan ipd. untuk anak di atas 5 th. ke atas dapat konsumsi obat herbal radang paru-paru xamthone plus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...